ISRAILIYAT
Makalah
DisusunUntukMemenuhiTugas
Mata Kuliah
Mata
Kuliah :Ulumul Qur’an
DosenPengampu
:
Disusunoleh
Sandi Milzam Fortuna (123311037)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang tidak akan berubah oleh campur
tangan manusia, tapi pemahaman terhadap al-Qur'an tidak tetap, selalu berubah
sesuai dengan kemampuan orang yang memahami isi kandungan al-Qur'anSebagai
petunjuk, tentunya al-Qur'an harus dipahami, dihayati dan diamalkan oleh
manusia yang beriman kepada petunjuk itu, namun dalam kenyataannya tidak semua
orang bisa dengan mudah memahami al-Qur'an, bahkan sahabat-sahabat Nabi
sekalipun yang secara umum menyaksikan turunnya wahyu, mengetahui konteksnya,
serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan kosa katanya. Tidak jarang
mereka berbeda pendapat atau bahkan keliru memahami maksud firman Allah yang
mereka baca.Karena itu Rasulullah berfungsi sebagai penjelas (mubayyin) maksud
firman Allah.
Pada masa Rasulullah SAWhidup, umat Islam tidak banyak menemukan
kesulitan dalam memahami petunjuk dalam mengarungi hidupnya, sebab manakala
menemukan kesulitan dalam satu ayat, mereka akan langsung bertanya kepada
Rasulullah SAW.Akan tetapi sepeninggal Rasulullah SAW, umat Islam banyak
menemukan kesulitan.Oleh karena itu mereka membutuhkan tafsir yang bisa membimbing
dan menghantarkan mereka untuk memahami isyarat-isyarat seperti itu.
Selain bertanya kepada para sahabat sumber informasi bagi penafsiran
al-Qur'an, mereka bertanya juga kepada ahli kitab, yaitu kaum Yahudi dan
Nashrani.Hal itu mereka lakukan lantaran sebagian masalah dalam al-Qur'an
memiliki persamaan dengan yang ada dalam kitab suci merka, terutama berbagai tema
yang menyangkut umat-umat terdahulu. Penafsiran seperti ini terus berkembang
sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia dan kebutuhannya akan sebagai
petunjuk bagi kehidupannya sedemikian sampai-sampai tanpa disadari bercampurlah
tafsir dengan Israiliyat. Kehadiran israiliyyat dalam penafsiran al-Qur'an
itulah yang menjadi ajang polemic dikalangan para ahli tafsir al-Qur'an.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Menjelaskan pengertian israiliyat
2.
Menjelaskan latar belakang
masuknya israiliyat dalam tafsir Al-Quran
3.
Menyebutkan macam-macam
israiliyat, beserta contohnya
4.
Menjelaskan pendapat para ulama
tentang israiliyat
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Israiliyyat
Menurut bahasa kata israiliyat adalah bentuk jamak dari kata
israiliyah,dan kata israiliyat, yakni bentuk kata yang dinisbahkan pada
kata Israil yang berasal dari bahasa Ibrani, Isra bararti hamba dan Il berarti
Tuhan, jadi Israil adalah hamba Tuhan. Israil barkaitan erat dengan Nabi Ya'kub
dan Ishaq bin Ibrahim as, dimana keturunan beliau yang berjumlah dua belas
disebut Bani Israil.
Di dalam al-Qur'an banyak disebutkan tentang Bani Israil
yang dinisbahkan kepada Yahudi.Misalnya firman Allah dalam surah al-Maidah:78,
al-Isra:4, an-Naml: 76.
Surat
Al-Maidah ayat 78
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan
lisan Daud dan Isa putra Maryam.Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas.(al-Maidah: 78)
Surat
al-Isra ayat 4
Dan telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab
itu, sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan
pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar. (al-Isra : 4)
Surat
an-Naml ayat 76
Sesungguhnya al-Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israel sebagian
besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangya (an-Naml: 76)
Dalam menafsirkan Al-Qur’an, para petafsir mempunyai bahasa
dan pemahaman tersendiri, akan tetapi pada intinya sama. Yakni israiliyat
ialah berita-berita atau cerita yang bersumber atau diambil dari Bani Israil,
Yahudi, atau sebagian kecil dari kalangan orang-orang Nashrani.[1]
B.
Latar Belakang Masuknya Israiliyat
Dalam Tafsir Al-Quran
Masuknya israiliyat dalam tafsir
tidak terlepas dari kondisi sosio cultural masyarakat arab pada zaman
jahiliyah. Adanyamigrasi besar-besaran orang Yahudi pada tahun 70 M ke jazirah
Arab karena ancaman dari Romawi yang dipimpin oleh kaisar Titus menimbulkan
kontak antara keduanya, ditambah lagi kondisi orang Arab sendiri yang sering
melakukan perjalanan dagang ke Syam dan Yaman, di Madinah sendiri banyak orang
Yahudi yang bermukim di sana.
Selain itu juga
bangsa Arab sering berpindah-pindah, baik kearah timur maupun barat.Mereka
memiliki dua tujuan dalam berpergian.Bila musim panas pergi ke Syam dan dingin
pergi ke Yaman.Pada waktu itu di Yaman dan Syam banyak sekali ahli kitab yang
sebagian besar adalah bangsa Yahudi.Karena itu tidaklah mengherankan bila
antara orang Arab dengan Yahudi terjalinhubungan.Dakwah Islam disebarkan dan
Madinah sebagai tempat tujuan Nabi hijrah tinggal beberapa bangsa Yahudi.Karena
orang Yahudi bertetangga dengan kaum muslimin, lama kelamaan terjadi pertemuan
yang intensif antara keduanya, yang akhinya terjadi pertukaran ilmu
pengetahuan.Rasulullah menemui orang Yahudidan ahli kitab lainnya untuk
mendakwahkan Islam.Orang Yahudi sendiri sering datang kepada Rasulullah SAW
untuk menyelesaikan suatu problem yang ada pada mereka, atau sekedar untuk
mengajukan suatu pertanyaan.
Setelah Rasul
wafat, tidak seorangpun yang berhak menjadi penjelas wahyu Allah.Dalam kondisi
ini para sahabat mencari sumber dari hadits Rasul.Apabila mereka tidak
menjumpai, mereka berijtihad.Riwayat dan ahli Kitab menjadi salah satu
rujukan.Hal ini terjadi karena ada persamaan antara al-Qur'an, Taurat dan
Injil.Hanya saja al-Qur'an berbicara secara padat. Pada era shahabat inilah
israiliyvat mulai berkembang dan tumbuh
subur. Hanya saja dalam menerima riwayat dan kaum Yahudi dan Nashrani pada
umumnya mereka amat ketat.
Pada era
tabi'in, penukilan dari ahli Kitab semakin meluas dan cerita-cerita israiliyat
dalam tafsir semakin berkembang.Sumber cerita ini adalah orang-orang yang masuk
Islam dari kalangan ahli Kitab yang jumlahnya cukup banyak dan ditunjang oleh
keinginan yang kuat dari orang-orang untuk mendengar kisah-kisah yang ajaib
dalam kitab mereka.Oleh karenanya pada masa tersebut muncul sekelompok mufassir
yang ingin mengisi kekosongan pada tafsir, yangmenurut mereka dengan memasukan
kisah-kisah yang bersumber pada orang-orang yang Yahudi dan Nasrani.sehingga
karenanya tafsir-tafsir tersebut menjadi simpang siur dan bahkan kadang-kadang
mendekati takhayul dan khurafat.Pada era ini pula banyak hadits-hadits palsu,
kedustaan dan kebohongan yang disandarkan kepada Rasulullah saw
tersebar.Setelah era tabi'in tumbuh kecintaan yang luar biasa terhadap cerita
israiliyat dan diambil secara ceroboh,
Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa masuknya riwayat Israiliyat ke dalam bidang tafsir
sudah sejak masa shahabat. Walaupun demikian, para shahabat tidak menerima
begitu saja segala apa yang diterangkan oleh ahli kitab. Mereka teliti terlebih
dahulu kebenarannya sebatas kemampuan mereka.Apabila ternyata yang diberitakan
itu salah, mereka tidak segan-segan menolaknya.[2]
C. Macam-macam Israiliyat dan Contohnya
Cerita israiliyat terbagi menjadi tiga bagian, yang
pertama dilihat dari sudut segi syariat islam, yang kedua dilihat dari
segishohih dan tidaknya, dan dilihat dari segi materinya.
1. Dilihat dari sudut segi syariat islam, dari sudut ini terbagi
menjadi tiga bagian.
1. Sesuai dengan syariat Islam. Contohnya:
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dengan redaksi dari Imam
Bukhari, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukhair, dari
Laits, dari Khalid, dari Said bin Abu Hilal, dari Zaid bin Aslam, dari Atha’
bin Yasir, dari Abu Said al- Khudri, ia berkata, bahwa Rasulullah Saw telah
bersabda: “Adalah bumi itu pada hari kiamat nanti seperti segenggam roti.
Allah memegangnya dengan kekuasaan-Nya, sebagaimana seseorang menggenggam
sebuah roti di perjalanan. Ia merupakan tempat bagi ahli surga. Kemudian
datanglah seorang laki-laki Yahudi dan berkata: Semoga Allah mengagungkan
Engkau wahai Abal Qosim, tidaklah aku ingin menceritakan kepadamu tempat ahli
surga pada hari kiamat nanti? Rasul menjawab, ya tentu. Kemudian laki-laki tadi
menyatakan bahwasanya bumi ini seperti segenggam roti sebagaimana yang
dinyatakan Nabi, kemudian Rasul melihat kepada kami semua, lalu tertawa sampai
terlihat gigi gerahamnya”.
2. Bertentangandengan syariat Islam.
Contohnya apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di dalam Tafsirnya ketika
menerangkan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Shad: 34:
“Dan
sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di
atas kursinya sebagai tubuh yang lemah (karena sakit), kemudian ia bertobat”. (QS. Shad: 34).
Yaitu tentang
kisah setan yang datang dan duduk di singgasana Nabi Sulaiman dan menguasai
singgasana tersebut, tidak ada orang yang mengetahuinya kecuali Nabi Sulaiman.
Dan setan tersebut, menurut Ibnu Jarir, dari Abu Hatim, menguasai istri-istri
Nabi Sulaiman, ia menggauli mereka yang sedang haid, akan tetapi mereka tidak
menyadari bahwa yang datang itu bukan Nabi Sulaiman.
3.
Didiamkan oleh syariat Islam, dalam arti tidak diterima
dan tidak pula di tolak.Contoh dari cerita tersebut diriwayatkan dari Ibn
Katsir dari Suudi dalam Tafsirnya, ayat-ayat yang menjelaskan tentang sapi betina.
2.
Dilhat dari sudut sahih
dan tidaknya, israiliyat terbagi pada cerita sahih dan daif.
1. Cerita shahih, Israilliyat yang bisa dikategorikan
shohih adalah cerita yang sanadnya berurutan lengkap serta para perawinya
shahih.Contohnya adalah penafsiran Ibn Katsir yang diriwayatkan oleh Ibu Jarir
yakni, cerita tentang sifat Rosulullah SAW.
2. Cerita dhaif, contohnya adalah atsar yang diriwayatkan
oleh al Razi dan dinukil oleh Ibnu Katsir dalam Q.S. Qaf (50), ia berkata:
Sesungguhnya atsar tersebut adalah atsar gharib dan tidak shahih, ia
menganggapnya sebagai cerita khurafat Bani Israil.Isroilliyat
disebut dhaif apabila sanadnya tidak bersambung atau tidak berurutan lengkap
dan perawinya dhaif.
3.
Dilihat dari segi materinya, carita Israiliyat terbagi menjadi tiga bagian
1.
yang berkaitan dengan akidah,contohnya apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di
dalam Kitab Tafsir, ketika menerangkan firman Allah :
Surat al-Zumar ayat 67
Artinya : “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan
yang semestinya.(Al-Zumar: 67)”
2.
yang
berhubungan dengan masalah hukum, contohnya apa yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari di dalam Kitab Tafsir mengenai hukum tentang perbuatan zina.
3.
yakni
bagian yang berhubungan dengan nasihat atau kejadian yang tidak berkaitan erat
dengan akidah dan hukum, contohnya apa yang dikemukakan Imam Ibnu Kasir di
dalam menafsirkan Quran surat Hud Ayat 37
Artinya : “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk
wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang
zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.[3]
D.
PANDANGAN ULAMA TENTANG ISRAILIYAT
Dengan adanya beberapa cerita israilliyat
dalam al-Qur’an maka terdapat beberapa ulama juga mengeluarkan maklumat
dalam menyikapi cerita-cerita israiliyat tersebut seperti Ibn Taimiyah, Baqai, Ibn Arabi dan Ibn Katsir
1. Ibn Taimiyah
Dalam kitab ilmu tafsirnya ushul al-tafsir, Ibahwa
cerita-cerita israilliyat boleh saja dipakai akan tetapi hanya sebagai
saksi dan bukan untuk diyakini dari beberapa kriteria aspek kehidupan manusia. Cerita israiliyat terbagi menadi 3
bagian :
1. Kita ketahui keshohihannya dan
dibenarkan dengan ajaran pada diri kita.
2. Kita ketahui kedustaannya, karena
bertentangan dengan apa yang ada pada diri kita.
3. Didiamkan, dibenarkan tidak,
didustakan pun tidak, jangan pula mengimani dan jangan pula membohongi.
2. Baqai
Menurut Baqa’i ini dalam al-Anwar al-Qawimah fi Hukmil
al-Naql-nya dijelaskan bahwa israilliyat ini diperbolehkan walaupun
tidak dibenarkan atau tidak didustakan dengan tujuan hanya ingin mengetahui,
bukan dijadikan pegangan.
3. Ibn Kastir
Ibn Katsir sendiri mempunyai tiga kriteria dalam
menghukumi cerita-cerita israilliyat ini diantaranya;
a. Cerita yang
sesuai dengan al-Qur’an, hal itu benar dan boleh digunakan dengan catatan hanya
sebagai bukti bukan dijadikan hujjah (pegangan).
b. Cerita yang
terang-terangan dusta karena menyalahi ajaran Islam, maka hukumnya harus
ditinggalkan atau dibuang. Karena merusak aqidah dan syari’at Islam.
c. Cerita yang
didiamkan dimana cerita yang tidak ada dalam kebenaran al-Qur’an, akan tetapi,
tidak bertentangan dalam al-Qur’an. Cerita ini boleh dipercaya tapi tidak boleh
dijadikan pegangan.[4]
IV.KESIMPULAN
Israiliyat ialah berita-berita atau cerita yang bersumber
atau diambil dari Bani Israil, Yahudi, atau sebagian kecil dari kalangan
orang-orang Nashrani.
Masuknya
israiliyat dalam tafsir tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh bani israil, yang
menjadi pusat dalam israiliyat.
Cerita israiliyat terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama
dilihat dari sudut segi syariat islam, yang kedua dilihat dari segi shohih dan
tidaknya, dan dilihat dari segi materinya.
Dengan adanya beberapa cerita israilliyat dalam
al-Qur’an maka terdapat beberapa ulama
juga mengeluarkan maklumat dalam
menyikapi cerita-cerita israiliyat tersebut seperti Ibn Taimiyah, Baqai,
Ibn Arabi dan Ibn Katsir.
V. PENUTUP
Demikian makalah
hasil diskusi dari kelompok kami, guna melengkapi tugas kelompok dengan materi “Israiliyat”. Jika terdapat kekurangan
dalam makalah kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kelancaran studi
kami.Selain itu pasti terdapat kesalahan yang sekiranya tidak kami sengaja
untuk itu kami mohon maaf, sekian dan terima kasih.
[1] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, Pustaka Setia,
Bandung, 2000, hal 238
[2] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, Pustaka Setia,
Bandung, 2000, hal 242
[3] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, Pustaka Setia,
Bandung, 2000, hal 259
[4] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, Pustaka Setia,
Bandung, 2000, hal 269
Runtut dan cukup sistematis makalahnya trmksh atas sharenya
BalasHapus