Rabu, 10 Juni 2015

ISRAILIYAT



ISRAILIYAT
Makalah
DisusunUntukMemenuhiTugas Mata Kuliah
Mata Kuliah :Ulumul Qur’an
DosenPengampu   :
Disusunoleh

Sandi Milzam Fortuna         (123311037)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



I.          PENDAHULUAN
Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang tidak akan berubah oleh campur tangan manusia, tapi pemahaman terhadap al-Qur'an tidak tetap, selalu berubah sesuai dengan kemampuan orang yang memahami isi kandungan al-Qur'anSebagai petunjuk, tentunya al-Qur'an harus dipahami, dihayati dan diamalkan oleh manusia yang beriman kepada petunjuk itu, namun dalam kenyataannya tidak semua orang bisa dengan mudah memahami al-Qur'an, bahkan sahabat-sahabat Nabi sekalipun yang secara umum menyaksikan turunnya wahyu, mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan kosa katanya. Tidak jarang mereka berbeda pendapat atau bahkan keliru memahami maksud firman Allah yang mereka baca.Karena itu Rasulullah berfungsi sebagai penjelas (mubayyin) maksud firman Allah.
Pada masa Rasulullah SAWhidup, umat Islam tidak banyak menemukan kesulitan dalam memahami petunjuk dalam mengarungi hidupnya, sebab manakala menemukan kesulitan dalam satu ayat, mereka akan langsung bertanya kepada Rasulullah SAW.Akan tetapi sepeninggal Rasulullah SAW, umat Islam banyak menemukan kesulitan.Oleh karena itu mereka membutuhkan tafsir yang bisa membimbing dan menghantarkan mereka untuk memahami isyarat-isyarat seperti itu.
Selain bertanya kepada para sahabat sumber informasi bagi penafsiran al-Qur'an, mereka bertanya juga kepada ahli kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nashrani.Hal itu mereka lakukan lantaran sebagian masalah dalam al-Qur'an memiliki persamaan dengan yang ada dalam kitab suci merka, terutama berbagai tema yang menyangkut umat-umat terdahulu. Penafsiran seperti ini terus berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia dan kebutuhannya akan sebagai petunjuk bagi kehidupannya sedemikian sampai-sampai tanpa disadari bercampurlah tafsir dengan Israiliyat. Kehadiran israiliyyat dalam penafsiran al-Qur'an itulah yang menjadi ajang polemic dikalangan para ahli tafsir al-Qur'an.


II.       RUMUSAN MASALAH
1.      Menjelaskan pengertian israiliyat
2.      Menjelaskan latar belakang masuknya israiliyat dalam tafsir Al-Quran
3.      Menyebutkan macam-macam israiliyat, beserta contohnya
4.      Menjelaskan pendapat para ulama tentang israiliyat
III.    PEMBAHASAN
A.    Pengertian Israiliyyat
Menurut bahasa kata israiliyat adalah bentuk jamak dari kata israiliyah,dan kata israiliyat, yakni bentuk kata yang dinisbahkan pada kata Israil yang berasal dari bahasa Ibrani, Isra bararti hamba dan Il berarti Tuhan, jadi Israil adalah hamba Tuhan. Israil barkaitan erat dengan Nabi Ya'kub dan Ishaq bin Ibrahim as, dimana keturunan beliau yang berjumlah dua belas disebut Bani Israil.
Di dalam al-Qur'an banyak disebutkan tentang Bani Israil yang dinisbahkan kepada Yahudi.Misalnya firman Allah dalam surah al-Maidah:78, al-Isra:4, an-Naml: 76.
Surat Al-Maidah ayat 78
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam.Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.(al-Maidah: 78)
Surat al-Isra ayat 4
Dan telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu, sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan  kesombongan yang besar. (al-Isra : 4)

Surat an-Naml ayat 76
Sesungguhnya al-Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israel sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangya (an-Naml: 76)
Dalam menafsirkan Al-Qur’an, para petafsir mempunyai bahasa dan pemahaman tersendiri, akan tetapi pada intinya sama. Yakni israiliyat ialah berita-berita atau cerita yang bersumber atau diambil dari Bani Israil, Yahudi, atau sebagian kecil dari kalangan orang-orang Nashrani.[1]
B.     Latar Belakang Masuknya Israiliyat Dalam Tafsir Al-Quran
Masuknya israiliyat dalam tafsir tidak terlepas dari kondisi sosio cultural masyarakat arab pada zaman jahiliyah. Adanyamigrasi besar-besaran orang Yahudi pada tahun 70 M ke jazirah Arab karena ancaman dari Romawi yang dipimpin oleh kaisar Titus menimbulkan kontak antara keduanya, ditambah lagi kondisi orang Arab sendiri yang sering melakukan perjalanan dagang ke Syam dan Yaman, di Madinah sendiri banyak orang Yahudi yang bermukim di sana.
            Selain itu juga bangsa Arab sering berpindah-pindah, baik kearah timur maupun barat.Mereka memiliki dua tujuan dalam berpergian.Bila musim panas pergi ke Syam dan dingin pergi ke Yaman.Pada waktu itu di Yaman dan Syam banyak sekali ahli kitab yang sebagian besar adalah bangsa Yahudi.Karena itu tidaklah mengherankan bila antara orang Arab dengan Yahudi terjalinhubungan.Dakwah Islam disebarkan dan Madinah sebagai tempat tujuan Nabi hijrah tinggal beberapa bangsa Yahudi.Karena orang Yahudi bertetangga dengan kaum muslimin, lama kelamaan terjadi pertemuan yang intensif antara keduanya, yang akhinya terjadi pertukaran ilmu pengetahuan.Rasulullah menemui orang Yahudidan ahli kitab lainnya untuk mendakwahkan Islam.Orang Yahudi sendiri sering datang kepada Rasulullah SAW untuk menyelesaikan suatu problem yang ada pada mereka, atau sekedar untuk mengajukan suatu pertanyaan.
            Setelah Rasul wafat, tidak seorangpun yang berhak menjadi penjelas wahyu Allah.Dalam kondisi ini para sahabat mencari sumber dari hadits Rasul.Apabila mereka tidak menjumpai, mereka berijtihad.Riwayat dan ahli Kitab menjadi salah satu rujukan.Hal ini terjadi karena ada persamaan antara al-Qur'an, Taurat dan Injil.Hanya saja al-Qur'an berbicara secara padat. Pada era shahabat inilah israiliyvat  mulai berkembang dan tumbuh subur. Hanya saja dalam menerima riwayat dan kaum Yahudi dan Nashrani pada umumnya mereka amat ketat.
Pada era tabi'in, penukilan dari ahli Kitab semakin meluas dan cerita-cerita israiliyat dalam tafsir semakin berkembang.Sumber cerita ini adalah orang-orang yang masuk Islam dari kalangan ahli Kitab yang jumlahnya cukup banyak dan ditunjang oleh keinginan yang kuat dari orang-orang untuk mendengar kisah-kisah yang ajaib dalam kitab mereka.Oleh karenanya pada masa tersebut muncul sekelompok mufassir yang ingin mengisi kekosongan pada tafsir, yangmenurut mereka dengan memasukan kisah-kisah yang bersumber pada orang-orang yang Yahudi dan Nasrani.sehingga karenanya tafsir-tafsir tersebut menjadi simpang siur dan bahkan kadang-kadang mendekati takhayul dan khurafat.Pada era ini pula banyak hadits-hadits palsu, kedustaan dan kebohongan yang disandarkan kepada Rasulullah saw tersebar.Setelah era tabi'in tumbuh kecintaan yang luar biasa terhadap cerita israiliyat dan diambil secara ceroboh,
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa masuknya riwayat Israiliyat ke dalam bidang tafsir sudah sejak masa shahabat. Walaupun demikian, para shahabat tidak menerima begitu saja segala apa yang diterangkan oleh ahli kitab. Mereka teliti terlebih dahulu kebenarannya sebatas kemampuan mereka.Apabila ternyata yang diberitakan itu salah, mereka tidak segan-segan menolaknya.[2]
C.    Macam-macam Israiliyat dan Contohnya
Cerita israiliyat terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama dilihat dari sudut segi syariat islam, yang kedua dilihat dari segishohih dan tidaknya, dan dilihat dari segi materinya.

1.      Dilihat dari sudut segi syariat islam, dari sudut ini terbagi menjadi tiga bagian.
1.      Sesuai dengan syariat Islam. Contohnya: hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dengan redaksi dari Imam Bukhari, ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukhair, dari Laits, dari Khalid, dari Said bin Abu Hilal, dari Zaid bin Aslam, dari Atha’ bin Yasir, dari Abu Said al- Khudri, ia berkata, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: “Adalah bumi itu pada hari kiamat nanti seperti segenggam roti. Allah memegangnya dengan kekuasaan-Nya, sebagaimana seseorang menggenggam sebuah roti di perjalanan. Ia merupakan tempat bagi ahli surga. Kemudian datanglah seorang laki-laki Yahudi dan berkata: Semoga Allah mengagungkan Engkau wahai Abal Qosim, tidaklah aku ingin menceritakan kepadamu tempat ahli surga pada hari kiamat nanti? Rasul menjawab, ya tentu. Kemudian laki-laki tadi menyatakan bahwasanya bumi ini seperti segenggam roti sebagaimana yang dinyatakan Nabi, kemudian Rasul melihat kepada kami semua, lalu tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya”.

2.      Bertentangandengan syariat Islam. Contohnya apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di dalam Tafsirnya ketika menerangkan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Shad: 34:
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh yang lemah (karena sakit), kemudian ia bertobat”.   (QS. Shad: 34).
Yaitu tentang kisah setan yang datang dan duduk di singgasana Nabi Sulaiman dan menguasai singgasana tersebut, tidak ada orang yang mengetahuinya kecuali Nabi Sulaiman. Dan setan tersebut, menurut Ibnu Jarir, dari Abu Hatim, menguasai istri-istri Nabi Sulaiman, ia menggauli mereka yang sedang haid, akan tetapi mereka tidak menyadari bahwa yang datang itu bukan Nabi Sulaiman.

3.      Didiamkan oleh syariat Islam, dalam arti tidak diterima dan tidak pula di tolak.Contoh dari cerita tersebut diriwayatkan dari Ibn Katsir dari Suudi dalam Tafsirnya, ayat-ayat yang menjelaskan tentang sapi betina.
                
2.      Dilhat dari sudut sahih dan tidaknya, israiliyat terbagi pada cerita sahih dan daif.
1.      Cerita shahih, Israilliyat yang bisa dikategorikan shohih adalah cerita yang sanadnya berurutan lengkap serta para perawinya shahih.Contohnya adalah penafsiran Ibn Katsir yang diriwayatkan oleh Ibu Jarir yakni, cerita tentang sifat Rosulullah SAW.

2.      Cerita dhaif, contohnya adalah atsar yang diriwayatkan oleh al Razi dan dinukil oleh Ibnu Katsir dalam Q.S. Qaf (50), ia berkata: Sesungguhnya atsar tersebut adalah atsar gharib dan tidak shahih, ia menganggapnya sebagai cerita khurafat Bani Israil.Isroilliyat disebut dhaif apabila sanadnya tidak bersambung atau tidak berurutan lengkap dan perawinya dhaif.

3.      Dilihat dari segi materinya, carita Israiliyat terbagi menjadi tiga bagian
1.      yang berkaitan dengan akidah,contohnya apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Kitab Tafsir, ketika menerangkan firman Allah :
Surat al-Zumar ayat 67
Artinya : “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.(Al-Zumar: 67)”
2.      yang berhubungan dengan masalah hukum, contohnya apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Kitab Tafsir mengenai hukum tentang perbuatan zina.
3.      yakni bagian yang berhubungan dengan nasihat atau kejadian yang tidak berkaitan erat dengan akidah dan hukum, contohnya apa yang dikemukakan Imam Ibnu Kasir di dalam menafsirkan Quran surat Hud Ayat 37
Artinya : “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.[3]


D.    PANDANGAN ULAMA TENTANG ISRAILIYAT
            Dengan adanya beberapa cerita israilliyat dalam al-Qur’an  maka terdapat beberapa ulama juga mengeluarkan maklumat dalam  menyikapi cerita-cerita israiliyat tersebut seperti Ibn Taimiyah, Baqai, Ibn Arabi dan Ibn Katsir

1.     Ibn Taimiyah
Dalam kitab ilmu tafsirnya ushul al-tafsir, Ibahwa cerita-cerita israilliyat boleh saja dipakai akan tetapi hanya sebagai saksi dan bukan untuk diyakini dari beberapa kriteria aspek kehidupan manusia. Cerita israiliyat terbagi menadi 3 bagian :
1.      Kita ketahui keshohihannya dan dibenarkan dengan ajaran pada diri kita.
2.      Kita ketahui kedustaannya, karena bertentangan dengan apa yang ada pada diri kita.
3.      Didiamkan, dibenarkan tidak, didustakan pun tidak, jangan pula mengimani dan jangan pula membohongi.

2.     Baqai
Menurut Baqa’i ini dalam al-Anwar al-Qawimah fi Hukmil al-Naql-nya dijelaskan bahwa israilliyat ini diperbolehkan walaupun tidak dibenarkan atau tidak didustakan dengan tujuan hanya ingin mengetahui, bukan dijadikan pegangan.
3.     Ibn Kastir
Ibn Katsir sendiri mempunyai tiga kriteria dalam menghukumi cerita-cerita israilliyat ini diantaranya;
a.       Cerita yang sesuai dengan al-Qur’an, hal itu benar dan boleh digunakan dengan catatan hanya sebagai bukti bukan dijadikan hujjah (pegangan).
b.      Cerita yang terang-terangan dusta karena menyalahi ajaran Islam, maka hukumnya harus ditinggalkan atau dibuang. Karena merusak aqidah dan syari’at Islam.
c.       Cerita yang didiamkan dimana cerita yang tidak ada dalam kebenaran al-Qur’an, akan tetapi, tidak bertentangan dalam al-Qur’an. Cerita ini boleh dipercaya tapi tidak boleh dijadikan pegangan.[4]


IV.KESIMPULAN
Israiliyat ialah berita-berita atau cerita yang bersumber atau diambil dari Bani Israil, Yahudi, atau sebagian kecil dari kalangan orang-orang Nashrani.
Masuknya israiliyat dalam tafsir tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh bani israil, yang menjadi pusat dalam israiliyat.
Cerita israiliyat terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama dilihat dari sudut segi syariat islam, yang kedua dilihat dari segi shohih dan tidaknya, dan dilihat dari segi materinya.
Dengan adanya beberapa cerita israilliyat dalam al-Qur’an  maka terdapat beberapa ulama juga mengeluarkan maklumat dalam  menyikapi cerita-cerita israiliyat tersebut seperti Ibn Taimiyah, Baqai, Ibn Arabi dan Ibn Katsir.


V.  PENUTUP
            Demikian makalah hasil diskusi dari kelompok kami, guna melengkapi tugas kelompok dengan  materi “Israiliyat”. Jika terdapat kekurangan dalam makalah kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kelancaran studi kami.Selain itu pasti terdapat kesalahan yang sekiranya tidak kami sengaja untuk itu kami mohon maaf, sekian dan terima kasih.



[1] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal 238
[2] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal 242
[3] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal 259
[4] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran 1, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal 269

1 komentar: