MAKALAH
DisusunGunaMemenuhiTugas
Mata Kuliah: Tafsir
DosenPengampu: Nadhifah, S. Th. I., M.S.I
Disusunoleh:
Sandi Milzam
Fortuna 123311037
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan kenyataan yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa lingkungan merupakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan organism dalam melangsungkan kehidupanya.
Dengan kata lain lingkungan hidup merupakan komponen yang berada disekitar
individu yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu yang
bersangkutan. Oleh karena itu lingkungan hidup berperan penting dalam kehidupan
manusia dan mahkluk hidup lainnya dimuka bumi. Namun terjadi banyak kerusakan
lingkungan hidup yang sebagian besar disebabkan oleh tingkah laku manusia itu
sendiri.
Manusia tanpa berfikir panjang
melakukan kegiatan yang pada akhirnya merusak kelestarian lingkungan. Ada
berbagi bentuk kerusakan di muka bumi ini, Kesadaran manusia sangat diperlukan,
hubungan antara manusia dengan lingkungan harus terjaga dengan baik agar
kelestarian lingkungan hidup tetap dapat seimbang. Oleh karena
itu, sebagai muslim kita seharusnya memahami landasan-landasan dari pelestarian
lingkungan hidup. Pelestarian lingkungan hidup
tak terlepas dari peran manusia
sebagai khalifah di bumi ini.
II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut
Prof.Dr.Otto Soemarwoto, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang
ada dalam ruang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.
Menurut Prof.
Dr. Emil Salim Lingkungan Hidup adalah segala benda dan kondisi yang ada dalam
ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan
manusia.
Dapat
disimpulkan bahwa lingkungan hidup, yaitu sistem yang merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lainnya.Atau bisa juga dikatakan sebagai suatu sistem kehidupan
dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.Lingkungan terdiri atas unsur biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan)
dan abiotik (udara, air, tanah, iklim dan lainnya).
Pelestarian
lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan
hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.
Manusia sebagai
penguasa lingkungan (khalifah) hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke
bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun, seringkali apa yang
dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan
generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak terhadap
kelangsungan lingkungan hidup.
Manusia
diciptakan sebagai khalifah di bumi ini untuk mengatur kehidupan lingkungan
hidup yang baik dan tertata, namun manusia juga telah membuat kerusakan di muka
bumi. Lingkungan hidup yang seharusnya membawa keberkahan bagi manusia, kini
malah menjadi bencana bagi manusia itu sendiri.Oleh karena itu, sebagai muslim
kita seharusnya memahami landasan-landasan dari pelestarian lingkungan hidup. Pelestarian
lingkungan hidup tak terlepas dari peran
manusia sebagai khalifah di bumi ini.[1]
B.
Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Lingkungan Hidup
1. Surat Al Mulk ayat 3-4
الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ
تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (۳)
ثُمَّ
ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ
حَسِيرٌ (٤)
Artinya: Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan tuhan yang maha pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu melihat sesuatu yang
tidak seimbang?(3)
Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu yang cacat dan penglihatanmu itu dalam keadaan payah.(4)
a.
asbabun
nuzul
Dalam surat ini kami belum menemukan atau tidak menemukan sebuah
riwayat atau pendapat yang menyebutkan sebab turunnya ayat ini.
b.
Munasabah
Pada ayat sebelumnya allah telah menyebutkan tentang keagumganNya
dan menunjukkan bahwa di tanganNya terdapat kerajaan dan pengendalian untuk
semua makhluk sesuai dengan kehandakNya. Tidak ada yang dapat menolak-Nya dan
tidak ada yang menanyakan mengapa berbuat, karena keperkasaan, dan
keadilanNya.Dia lah yang berkuasa atas segala sesuatu. Tidak hanya itu, allah
juga menjelaskan bahwa Dia telah menentukan kehidupan juga kematian untuk
menguji kamu agar Dia melihat siapa diantara kamu yang mengikhlaskan amal
kepadanya.[2]
c.
Tafsir
Allah telah menciptakan langit yang berlapis tujuh dan disetiap
rongga antara langit satu dengan yang satunya adalah udara kosong, serta tanpa
tiang penyangga ataupun sebuah pengik at baik didalam maupun diluar.Allah
menciptakan setiap langit tersebut dengan keistimewaan dan cakupan tertentu
juga dengan sistem yang tetap dan tidak berubah-ubah, bahkan dengan sistem yang
tidak kalah menarik dengan benda-benda yang berada dibumi. Sebagaimana firman
allah :
اللَّهُ
الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى
يُدَبِّرُ الأمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat,kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu”
Kemudian allah menyebutkan sedikit dari bukti-bukti
ilmu pengetahuanNya yang tidak akan pernah habis walaupun tertelan oleh masa.[3]
مَا
تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ
فُطُورٍ
Kita tidak akan melihat kekacauan dan ketidak
seimbangan, karena tidak ada satupun dari ciptaannya yang melampaui batas yang
telah ditentukanNya baik dengan menambah ataupun mengurangi. Jadi, semua yang
ada padaNya itu serasi dan berjalan sesuai dengan ketentuan.Jika masih terdapat
kereaguan dalam hal ini, maka kita dianjurkan untuk mengulangi penglihatan kita
sampai mendapatkan kejelasan dalam pembuktian keserasian tersebut. Kemudian
dalam ayat selanjutnya Allah mengulanginya lagi :
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ
Ini menunjukkan bahwa untuk menemukan jawaban dari
sebuah permasalahan memang membutuhkan sebuah proses.
2.
QS.
Al A’raf (7) : 56
وَلا
تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ
رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ) ۵٦(
Artinya “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Anfal: 56)
a.
Asbabun
Nuzul
Dalam surat ini kami belum menemukan atau tidak menemukan sebuah
riwayat atau pendapat yang menyebutkan sebab turunnya ayat ini.
b.
Munasabah
Ayat ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya yang menjelaskan
mengenai perintah untuk mengesakan allah dengan cara menyambah kepadaNya saja,
yang mana ruh/ inti dari ibadah tersebut adalah do’a. pada ayat ini Allah
mengemukakan mengenai tata cara berdo’a dan larangan untuk berbuat kerusakan[4].
c.
Tafsir
Allah melarang kita untuk melakukan kerusakan di bumi setelah allah
menciptakan berbagai macam hal yang bermanfaat dan menunjukkan manusia cara
mengeksploitasi bumi dan memanfaatkannya. Kerusakan yang dimaksutkan dalam ayat
ini tidak hanya terbatas dalam aspek lingkungan saja, akan tetapi mencakup
kerusakan akal, kerusakan akidah, tata kesopanan, pribadi maupun social,
sarana-sarana kehidupan, dan hal-hal yang bermanfaat untuk umum. Karena allah
telah memperbaiki keadaan manusia dengan diberi petunjuk agama melalui para
utusanNya dan hal ini telah disempurnakan oleh utusan Allah yang terakhir yakni
nabi Muhammad SAW. Dengan diutusnya beliau akidah umat manusia telah
diperbaiki, akhlaq dan kesopanan mereka telah dibimbing. Maka apabila kita
melakukan kerusakan berarti kita telah menyia-nyiakan pengorbanan para utusan
allah yakni para nabi dan rasul yang telah melakukan kemaslahatan untuk umat
manusia.
Pada ayat ini, allah juga menyuruh kita untuk berdo’a dengan khauf
dan thama’. Al khauf adalah merasa takut terhadap allah atas pelsnggaran yang
telah diperbuat oleh dirinya. Sedangkan thama’ ialah mengharapkan terjadinya
sesuatu yang diinginkan dimasa yang akan datang. Maksudnya, ketika berdo’a
harus merasa rendah diri dan mengharapkan rahmat dariNya sehingga kita bisa
diridhoi allah dalam berbagai macam urusan.
Berdo’a adalah inti dari ibadah, dan terkabulnya do’a bisa
diharapkan manakala syarat-syarat, tata cara terkabulnya do’a telah terpenuhi.
Jika syarat-syaratnya telah terpenuhi, akan tetapi belum juga terkabul maka
mungkin itu adalah keputusan yang paling baik yang telah diberikan olehNya.
Barang siapa melaukan ibadah yang baik, maka dia akan menerima
ganjaran yang baik pula. Dan barang siapa berdo’a dengan baik, maka Allah akan
memberikan sesuatu yang lebih baik dari pada yang ia minta. Dari sinilah kita
dapat mengetahui bahwa sesungguhnys kita diperintah untuk berbuat baik kepada
siapa saja baik itu sesama manusia, hewan ataupun tumbuhan.
3.
QS.Al
A’raf (7) : 78
فَأَخَذَتْهُمُ
الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ(٧٨)
“Karena itu mereka ditimpa gempa,
maka jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat tinggal
mereka.”(QS. Al A’raf : 78)
a.
Asbabun Nuzul
Dalam surat ini kami belum menemukan atau tidak menemukan sebuah
riwayat atau pendapat yang menyebutkan sebab turunnya ayat ini.
b.
Munasabah
Ayat sebelumnya menjelaskan para kaum pembangkang nabi
shaleh yang telah meragukan kerasulannya seraya berkata : “Datangkanlah kepada
kami siksa dan hukuman Allah yang telah kamu janjikan kepada kami jika memang
benar kamu adalah seorang rasul bagi kamidan mengaku bahwa ancamanmu adalah
ancaman dari allah. Allah menolong rasul-rasulNya terhadap musuh-musuhNya, maka
segera datangkan hal itu pada kami”. Pada ayat inilah allah memberikan ganjaran
yang setimpal terhadap apa yang telah diperbuat oleh para pembangkang tersebut.
c.
Tafsir
“karena itu mereka ditimpa gempa”
dalam
QS.Hijr 15 : 73 disebutkan
فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ
“maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur”
Sedangkan dalam QS. Fushilat ayat 17 disebutkan
فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ
“maka mereka disambar petir sebagai azab yang menghinakan”
Semua itu yang
dimaksudkan adalah petir karena turunnya petir itu disertai dengan suara yang
sangat keras yang menggetarkan hati siapapun. Bahkan bumi dan bangunan yang
berada diatasnyapun juga bergetar dan
bergoyang karena kedahsyatan petir.
Telah kita ketahui
bahwa petir bisa terjadi karena adamya hubungan listrik bumi dengan listrik
angkasa yang terkandung dalam awan.Maka timbullah suara seperti bom yang
dimuntahkan oleh meriam, dan suara inilah yang disebut suara halilintar.
Mungkin allah telah menciptakan halilintar ini untuk menghancurkan mereka
dengan cara yang lain menurut kebiasaan. Dan ini merupakan bukti bahwa allah
mambenarkan kerasulan nabi shaleh dan menyatakan apa yang telah diperingatkan
kepada mereka.
4. QS. Al Anfal ayat 52-53
كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَفَرُوا بِآيَاتِ
اللَّهِ فَأَخَذَهُمُاللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُ
الْعِقَابِ(٥٢(
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا
عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ
عَلِيمٌ(٥٣)
Artinya: (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Firaun dan
pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari
ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya (52)
Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui(53)
a.
Asbabun Nuzul
Dalam surat al anfal ayat 52-53 ini kami
tidak menemukan riwayat ataupun pendapat yang menerangkan mengenai sebab
turunnya ayat ini. Dalam buku-buku asbabun nuzul ataupun literatur lain, kami
juga tidak menemukan sebab-sebab turunnya ayat ini.
b.
Munasabah
Ayat ini masih ada hubungannya dengan ayat sebelmnya,
yang mana mengurai tentang keadaan orang-orang kafir atau para para pasukan
musyrikin yang telah terbunuh dalam perang badar yang tidak dapat dilukiskan
dengan kata-kata. Maka dalam ayat ini diterangkan bahwa keadaan tersebut serupa
dengan keadaan firaun beserta para pengikutnya, dan orang-orang kafir yang
hidup sebelum mereka seperti kaum nabi Luth, Nuh, Hud dan Sholeh.
c.
Tafsir
Orang-orang kafir yang telah diuraikan pada ayat
sebelumnya, keadaannya serupa dengan keadaan fira’aun beserta para pengikutnya
dan sama seperti orang-orang kafir yang hidup sebelum mereka yakni kaum nabi
Nuh, Hud, Sholeh, dan Luth yang telah mendustakan ayat-ayat allah baik yang
tertulis dalam kitab suci ataupun yang tertuang di atas bumi. Jadi tradisi
mendustakan ayat allah tersebut sudah ada sejak dulu yang mana tradisi ini
bermula dari sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan
berkesinambungan. Maka atas kedurhakaan yang telah mereka perbuat itu allah
memberikan adzab kepada mereka.
Jadi, siksa yang mereka terima tak lain merupakan buah
dari apa yang telah mereka tanam. Tidak hanya cukup begitu saja karena itu
hanya merupakan siksa yang dikaruniakan oleh allah didunia, mereka juga akan
mendapatka ganjaran atas perbuatan yang telah mereka lakukan diakhirat kelak.
Bahkan dalam ayat ini allah menginformasikan bahwa Dia maha kuat dan amat keras
siksaNya, maka tidak ada kekuatan apapun dan siapapun yang bisa menandingiNya.
Ini menunjukkan bahwa peringatan tersebut berlaku untuk semua pihak baik kaum
muslim ataupun kaum kafir yang telah mendustakan ayatNya.
Sebenarnya allah maha mengetahui segala sesuatu, tapi
mengapa allah memberikan peluang pada orang-orang yang melakukan dusta untuk
mengganggu orang-orang yang dekat dengan mereka? Surat al anfal ayat 53 telah
menjawab dari pertanyaan ini, yaitu siksaan itu menyangkut waktu, kadar, maupun
jenisnya yang telah ditetapkan oleh allah berdasarkan perbuatan yang mengubah
diri mereka. Allah bisa saja menyiksa mereka berdasarkan isi hati mereka,
tetapi allah tidak melakukannya karena sunnah dan ketetapanNya adalah “ allah
sekali-kali tidak akan mengubah baik sedikit atau banyak nikmat yang telah di
anugerahkan kepada suatu kaum dan tidak akan mengubah kesengsaraan yang dialami
suatu kaum hingga kaum itu sendiri mengubahnya terlebih dahulu, jadi untuk
memperoleh nikmat tambahan mereka harus menjadi lebih baik.[5]
5.
QS. Al Rum ayat 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُون(٤١)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)”
a.
Asbabun nuzul
Dalam
surat Ar Rum ayat 41 ini kami tidak menemukan riwayat ataupun pendapat yang
menerangkan mengenai sebab turunnya ayat ini. Dalam buku-buku asbabun nuzul
ataupun literatur lain, kami juga tidak menemukan sebab-sebab turunnya ayat
ini.
b.
Munasabah
c.
Tafsir
Bahwa berbagai kerusakan yang
terjadi di daratan dan di lautan adalah akibat perbuatan manusia. Hal tersebut
hendaknya disadari oleh umat manusia dan karenanya manusia harus segera
menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di
daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat
untuk kelestarian alam.
Kataﻇﻬﺮpada
mulanya berarti terjadinya
sesuatu dipermukaan bumi. Sehingga, karena dia dipermukaan,
maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Sedangkan kata
al-fasad menurut al-ashfahani adalah keluarnya sesuatu dari keseimbangan,baik
sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani,
jiwa, maupun hal-hal lain.
Ayat di
atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu.Ini dapat
berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, yang hasilnya keseimbangan
lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer
memahami ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan
6.
QS. Al Ankabut ayat 14
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا
نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَعَامًا
فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar,
dan mereka adalah orang-orang yang lain”
a.
Asbabun nuzul
Dalam
surat al ankabut ayat 14 ini kami tidak menemukan riwayat ataupun pendapat yang
menerangkan mengenai sebab turunnya ayat ini. Dalam buku-buku asbabun nuzul
ataupun literatur lain, kami juga tidak menemukan sebab-sebab turunnya ayat
ini.
b.
Munasabah
Dalam
ayat sebelumnya allah menyebutkan cobaan yang di alami oleh orang-orang beriman
dalam mempertahankan keyakinan mereka dari kejahatan dan siksaan kaum kafir.
Allah juga menjelaskan bahwa umat-umat sebelumnya juga mengalami hal yang sama
bahkan lebih menyakitkan. Pada ayat ini allah menjelaskan mengenai kisah-kisah
nabi yang terdahulu untuk menghibur nabi Muhammad. Allah menyebutkan kisah para
utusan allah yang menghadapi berbagai macam penderitaan ketika menjalankan misi
kerasulannya. Diantaranya adalah kisah nabi Nuh, Hud, Ibrahim, Luth, dan
Syuaib.
c.
Tafsir
Kisah
nabi nuh dimulai dengan menceritakan riwayat perjuangan nabi nuh. Beliau adalah
bapak dari para nabi. Beliau nerjuang menyeru agama allah kepada kaumnya selama
950 tahun dan dalam suatu riwayat, beliau diangkat menjadi rasul ketika berumur
40 tahun dan melanjutkan dakwahny setelah banjir selama 60 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa nabi nuh hidup selama
kurang lebih 1050 tahun. Namun beliau tidak pernah bosan dan putus asa untuk
mengajak mereka menyembah kepada allah. Tapi usaha beliau selama seribu tahun
lebih itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Hanya segelintir orang saja
yang mau beriman dan mempercayai nabi nuh. Selebihnya mengabaikan dan dan
mendustakan beliau. Oleh karena itu allah mengirimkan adzab kepada mereka yang
berupa topan nabi nuh, yakni banjir yang menenggelamkan mereka semua hingga
tidak ada yang tersisa kecuali orang-orang yang beriman.
Jadi
kerusakan lingkungan tersebut terjadi karena adnya topan, dan topan itu terjadi
karena ulah mereka sendiri, yakni karena
mereka menyekutukan allah dan rasulNya.[6]
7.
QS. Al A’raf ayat 91
فَأَخَذَتْهُمُ
الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
“Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka
mayit-mayit yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka”
a.
Asbaun nuzul
Dalam surat al anfal ayat ini kami
tidak menemukan riwayat ataupun pendapat yang menerangkan mengenai sebab
turunnya ayat ini. Dalam buku-buku asbabun nuzul ataupun literatur lain, kami
juga tidak menemukan sebab-sebab turunnya ayat ini.
b.
Munasabah
Pada
ayat yang lalu dijelaskan tuntutan nabi Syu’aib kepada orang-orang kafir agar
dia dan para pengikutnya kembali kepada agama mereka dan merka menyatakan
sekiranya kaum nabi syuaib tetap mengikuti ajakannya niscaya mereka akan
menjadi orang yang merugi. Ucapan tersebut ditujukan untuk menakut-nakuti
orang-orang yang akan dan telah beriman kepada nabi Syuaib. Sedangkan pada ayat
ini diterangkan mengenai ganjaran yang mereka peroleh dari apa yang telah
mereka perbuat.
c.
Tafsir
Keingkaran
kepada allah dan serta menghasut orang lain untuk tidak menganut agama allah
adalah kejahatan yang amat besar. Orang-orang semacam itu sudah selayaknya
mendapatkan hukuman yang setimpal, mska dalam ayat ini diterangkan bahwa allah
menurunkan adzab kepada mereka yang amat berat berupa gempa dan petir yang dahsyat
sehingga mereka mati dibawah reruntuhan rumah mereka.
III. ANALISIS
Dengan adanya pemaparan
diatas mengenai ayat-ayat tentang Lingkungan Hidup dari berbagai penafsiran
dapat dianalisis bahwa sangat penting bagi kita terutama umat muslim untuk
bagaimana pentingnya menjaga linkungan hidup dan berperan dalam pelestarian
lingkungan hidup.
Karena dengan
adanya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup umat manusia akan menjadi
lebih baik dan sejahtera.
IV. KESIMPULAN
Dari pemaparan
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
Lingkungan
hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan
perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.Atau bisa
juga dikatakan sebagai suatu sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan
manusia terhadap tatanan ekosistem.Lingkungan
terdiri atas unsur biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan abiotik (udara,
air, tanah, iklim dan lainnya).
Manusia diciptakan
sebagai khalifah di bumi ini untuk mengatur kehidupan lingkungan hidup yang
baik dan tertata, namun manusia juga telah membuat kerusakan di muka
bumi.Lingkungan hidup yang seharusnya membawa keberkahan bagi manusia, kini
malah menjadi bencana bagi manusia itu sendiri.Oleh karena itu, sebagai muslim
kita seharusnya memahami landasan-landasan dari pelestarian lingkungan hidup.
Pelestarian lingkungan hidup tak
terlepas dari peran manusia sebagai
khalifah di bumi ini
V. PENUTUP
Demikian
makalah ini kami buat, apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan,
kekeliruan, maupun kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna menjadikan
makalah ini dan selanjutnya agar menjadi lebih baik.
[1]Otto
Soemarwoto,Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan,(Jakarta: Djambatan,
1997), Hal. 59.
[2]
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha
Putra, 1993), hlm. 11
[3]
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, hlm. 15
[4] M.
Qurays Sihab, Tafsir Al Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 356
[5]Kementrian Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera
Abadi, 2010) hlm.374
[6]Kementrian Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya,hlm. 408
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
Mustafa Al Maraghi.1993. Tafsir Al Maraghi. Semarang: PT KaryaToha
Putra.
Kementrian Agama RI.2010. Al Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta:
Lentera Abadi.
M. QuraysSihab.2002.
Tafsir Al MisbahPesanKesandanKeserasian Al Qur’an. Jakarta: LenteraHati.
Otto
Soemarwoto.1997. EkologiLingkunganHidupdan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar